PENGARUH
AGING TERHADAP AKTIVITAS SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata kuliah
BIOKIMIA
Oleh :
RYAN KOKO
ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTASILMU
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2011
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA
dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas
dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat
saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat
mengakibatkan kecacatan.
Sejarah Epidemi
Sebelum dilakukan imunisasi massal mulai tahun 1969, di Amerika terjadi
epidemi rubella tiap 6 – 9 tahun dengan epidemi terakhir pada tahun 1964 dengan
perkiraan sebanyak lebih dari 20.000 kasus sindroma rubella kongenital
dan 11.000 kasus keguguran. Insidens tertinggi adalah pada umur 5 – 9 tahun
sebanyak 38,5 % dari kasus pada tahun 1966-1968. Meskipun insiden rubella turun
sampai 99 % antara 1966-1968, 32 % dari semua kasus terjadi pada umur 15-29
tahun. Tanpa imunisasi, 10 % - 20% populasi di Amerika dicurigai terinfeksi
rubella.
Tujuan imunisasi adalah eradikasi infeksi rubella kongenital. Jumlah
kasus sindroma rubella kongenital yang dilaporkan turun sampai 99 %
sejak tahun 1969. Setelah penurunan yang tajam dari insiden sindroma rubella
kongenital, insiden mendatar sekitar 0.05 per 100.000 kelahiran hidup selama10
tahun terakhir karena infeksi rubella tetap berlanjut pada wanita usia
subur. Bila semua wanita ini telah divaksinasi (idealnya) insiden sindroma
rubella kongenital pasti akan turun sampai nol.
Penyebaran
Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal
melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi
antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam.Penyebaran virus
rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital
biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia
maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung
kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia
fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan
kelainan organ secara luas.
Bayi- bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan
virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan
sebanyak 30 – 50%, dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian
bayi - bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi
orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.
Gejala klinis
Gambaran klinis infeksi rubella serupa dengan penyakit lain dan
kadang-kadang tidak tampak gejala dan tanda infeksi. Pada orang dewasa
mula-mula terdapat gejala prodromal berupa malaise, mialgia dan sakit kepala.
Pada anak-anak sering tidak diketahui gejala prodromal ini, atau apabila ada
sangat minimal. Onset dari gejala prodromal sering dilaporkan dengan munculnya
limfadenopati postaurikuler, yang biasanya dilanjutkan dengan munculnya ruam
setelah 6-7 hari. Bercak-bercak berupa exanthema yang khas yaitu makulo papular yang sentrifugal mulai dari dada atas, abdomen kemudian
ekstremitas yang akan menghilang dalam 3 hari. Kadang-kadang timbul arthralgia
yang tergantung dari virulensi virus.
Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada
trimester I.. Mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan
menetap dalam kehidupan janin, dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga
menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain.
Infeksi ibu pada trimester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas
pada organ. Menetapnya virus dan dan interaksi antara virus dan sel di dalam
uterus dapat menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti
anemia hemolitika dengan hematopoiesis ekstra meduler, hepatitis, nefritis
interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis.
Gejala rubella kongenital dapat
dibagi dalam 3 kategori :
- Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :
- Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.
- Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.
- Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.
- Retardasi mental dan beberapa kelainan lain antara lain.
- Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )
- Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain
- Extended – sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental, keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi (hipogamaglobulin ).
3. Delayed - sindroma rubella
kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus tipe-1, gangguan
pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.
Diagnosis
Diagnosis infeksi rubella sangat sulit karena gejalanya yang tidak khas.
Timbulnya ruam selama 2-3 hari dan adanya adenopati postaurikuler dapat sebagai
diagnosis awal kecurigaan infeksi rubella, tetapi untuk diagnosis pastinya
diperlukan konfirmasi serologi atau virologi. Virus rubella dapat ditemukan
pada struktur jaringan yang dapat diambil dari hapusan orofaring, tetapi tindakan
ini sulit dilakukan.
Antibodi rubella biasanya lebih dahulu muncul saat timbul ruam. Diagnosis
rubella ditegakkan bila titer meningkat 4 kali saat fase akut, dan biasanya
imunitas menetap lama. Apabila pasien diperiksa beberapa hari setelah timbul
ruam, diagnosis dapat ditegakkan dengan analisis antibodi IgM anti rubella
dengan menggunakan sistem ELISA. IgM spesifik rubella dapat terlihat 1 – 2
minggu setelah infeksi primer dan menetap selama 1 - 3 bulan. Adanya antibodi
IgM menunjukkan adanya infeksi primer, tetapi bila negatif belum tentu tidak
terinfeksi.
Diagnosis prenatal dilakukan dengan memeriksa adanya IgM dari darah janin
melalui CVS (chorionoc villus sampling) atau kordosentesis. Konfirmasi infeksi
fetus pada trimester I dilakukan dengan menemukan adanya antigen spesifik
rubella dan RNA pada CVS. Metode ini adalah yang terbaik untuk isolasi virus
pada hasil konsepsi.
Berdasarkan gejala klinik dan temuan serologi, sindroma rubella kongenital
(CRS, Congenital Rubella Syndrome) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- CRS confirmed. Defek dan satu atau lebih tanda/ gejala berikut :
- Virus rubella yang dapat diisolasi.
- Adanya IgM spesifik rubella.
- Menetapnya IgG spesifik rubella..
- CRS compatible. Terdapat defek tetapi konfirmasi laboratorium tidak lengkap. Didapatkan 2 defek dari item a , atau masing-masing satu dari item a dan b.
a. Katarak dan / atau glaukoma kongenital, penyakit jantung kongenital, tuli, retinopati.
- Purpura, splenomegali, kuning, mikrosefali, retardasi mental, meningo ensefalitis, penyakit tulang radiolusen.
- CRS possible. Defek klinis yang tidak memenuhi kriteria untuk CRS compatible.
- CRI ( Congenital Rubella Infection ). Temuan serologi tanpa defek.
- Stillbirths. Stillbirth yang disebabkan rubella maternal.
- Bukan CRS. Temuan hasil laboratorium tidak sesuai dengan CRS:
Pencegahan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah
satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi rubella secara
subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan
yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak
hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan
hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa
virus rubella hidup yang dilemahkan dapat berisiko menyebabkan kecacatan
meskipun sangat jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada
orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi
rubella dalam uterus, sebaiknya ibu diterangkan tentang risiko dari infeksi
rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari
infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila
diagnosis dibuat secara tepat.
0 komentar:
Posting Komentar