MAKALAH
EPIDEMIOLOGI
NON MENULAR
HIPERMETROPI
Disusun
oleh:
RYAN
KOKO
ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
HIPERMETROPI
A.
PENGERTIAN
Rabun dekat adalah cacat mata yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda pada jarak dekat. Titik dekat
penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai
jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita rabun dekat hanya dapat melihat benda
pada jarak yang jauh.
Mata hipermetropi disebabkan oleh
keadaan fisik lensa mata yang terlalu pipih atau tidak dapat mencembung dengan
optimal, oleh sebab itu bayangan yang dibentuk lensa mata jatuh di belakang
retina. Rabun dekat dapat tolong menggunakan kaca mata lensa cembung, yang
berfungsi untuk mengumpulkan sinar sebelum masuk mata, sehingga terbentuk
bayangan yang tepat jatuh di retina.
B.
ETIOLOGI
Penyebab dari hipermetropi adalah
sebagai berikut :
1.
Sumbu
utama bola mata yang terlalu pendek
Biasanya
terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina(lapisan
retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
2.
Daya
pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Terjadi
gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus humor.
Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada komposisi
kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan pada
komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada penderita Diabetes Melitus
terjadi hipermetopi jika kadar gula darah di bawah normal.
3.
Kelengkungan
kornea dan lensa tidak adekuat
Kelengkungan
kornea ataupun lensa berkkurang sehingga
bayangan difokuskn di belakang retina.
4.
Perubahan
posisi lensa
Dalam
hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.
C.
TANDA
GEJALA
Tanda dan gejala orang yang terkena penyakit rabun
dekat secara obyektif klien susah
melihat jarak dekat atau penglihatan klien akan rabun dan tidak jelas. Sakit
kepala frontal. Semakin memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi
dan sepanjang penggunaan mata dekat.
1. Penglihatan
tidak nyaman (asthenopia)
Terjadi
ketika harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.
2. Akomodasi
akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.
3.
Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien
mengeluh penglihatan jauh kabur.
4.
Penglihatan
dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan, atau
penerangan yang kurang.
5.
Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu
oleh kegiatan melihat dekat jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari,
cenderung terjadi setelah siang hari dan bisa membaik spontan kegiatan melihat
dekat dihentikan.
6.
Eyestrain
7.
Sensitive terhadap cahaya
8.
Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m.
ciliaris diikuti penglihatan buram intermiten
D. PATOFISIOLOGI
Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea
dan lensa yang lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar
yang dating dari objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang
retina.
E.
DIAGNOSA
Kelainan refraksi hipermetropi dapat
di periksa dengan melakukan pemeriksaan Okuler
a. Visual Acuity.
a. Visual Acuity.
Mempergunakan
beberapa alat untuk mengetahui kemampuan membaca pasien hipermetropi dalam
jarak dekat. Seperti Jaeger Notation, Snellen metric distance dan Lebehnson.
b. Refraksi.
Retinoskopi
merupakan prosedur yang digunakan secara luas untuk menilai hipermetropia
secara objektif. Prosedur yang dilakukan meliputi static retinoscopy,
subjective refraction dan autorefraction.
c. Pergerakan Okuler, Pandangan
Binokuler dan Akomodasi.
Pemeriksaan
ini diperlukan karena gangguan pada fungsi visual diatas dapat menyebabkan terganggunya visus dan
performa visual yang menurun.
d. Assesmen kesehatan okuler dan Skreening Kesehatan sistemik.
d. Assesmen kesehatan okuler dan Skreening Kesehatan sistemik.
Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa hipermetropia dapat berupa respon pupil,
uji konfrontasi lapangan pandang, uji penglihatan warna, pengukuran tekanan intraokuler
dan pemeriksaan posterior bola mata dan adnexa.
e. Kesehatan segmen anterior
Pada pasien dengan
daya akomodasi yang masih sangat kuat atau pada anak-anak, sebaiknya
pemeriksaan dilakukan dengan pemberian siklopegik atau melumpuhkan otot
akomodasi.
F. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis Banding hipermetropi
adalah Presbiopi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis hipermetropi adalah ophtalmoscope.
H. PROGNOSIS
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan,
pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi
diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka
prognosisnya lebih baik.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia
atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi.
Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang
akan mempersempit sudut bilik mata.
J.
KLASIFIKASI
1. Hipermetropia
manifest
Adalah hipermetropia yang dapat
dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan
normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan
hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik dan
hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata yang maksimal.
2. Hipermetropia Absolut
Dimana kelainan refraksi tidak
diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut
ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali
disebut sebagai hipermetropia absolut, sehingga jumlah hipermatropia fakultatif
dengan hipermetropia absolut adalah hipermetropia manifes.
3. Hipermetropia Fakultatif
Dimana kelainan hipermatropia dapat
diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya
mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata yang
bila diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot
akomodasinya akan mendapatkan istrahat. Hipermetropia manifes yang masih
memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
4. Hipermetropia Laten
Dimana kelainan hipermetropia tanpa
siklopegi ( atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya
dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila siklopegia. Makin
muda makin besar komponen hipermetropi laten seseorang. Makin tua seseorang
akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi
hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut.
Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus,
teritama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
5. Hipermetropia Total
Hipermetropia yang ukurannya
didapatkan sesudah diberikan siklopegia. Selain klasifikasi diatas ada juga yang membagi
hipermetropia secara klinis menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Simple Hipermetropia, diakibatkan variasi biologis normal seperti etiologi axial atau refraksi.
2. Patological Hipermetropia, diakibatkan anatomi okuler yang berbeda yang disebabkan
3. Fungsional Hipermetropia,
merupakan akibat dari paralisis akomodasi.
Klasifikasi berdasar berat ringan
gangguan
1. Hipermetropia ringan: gangguan
refraksi dibawah +2D
2. Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D
3. Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D
2. Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D
3. Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D
K. PENATALAKSANAAN
1. Koreksi Optikal
Hipermetropia
dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks) atau dengan lensakontak. Pada anak kecil
dengan kelainan berderajat rendah yang tidak menunjukan gejala sakit kepala dan
keluhan lainnya, tidak perlu diberi kacamata. Hanya orang-orang yang derajat
hipermetropianya berat dengan atau tanpa disertai mata juling dianjurkan
menggunakan kacamata. Pada anak-anak dengan mata juling ke dalam (crossed eye)
yang disertai hipermetropia, diharuskan memakai kacamata berlensa positif.
Karena kacamata berlensa plus ini amat bermanfaat untuk menurunkan rangsangan
pada otot-otot yang menarik bolamata juling ke dalam.
Biasanya
sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1 D) daripada total fakultatif
dan absolute hyperopia yang diberikan kepada pasien dengan tidak ada ketidak
seimbangan otot ekstraokular. Jika ada akomodatif esotrophia (convergence),
koreksi penuh harus diberikan. Pada exophoria, hyperopianya harus dikoreksi
dengan 1-2D. Jika keseluruhan refraksi manifest kecil, misalnya 1 D atau
kurang, koreksi diberikan
apabila pasien memiliki gejala-gejala.
2.
Terapi
Penglihatan.
Terapi ini efektif pada pengobatan
gangguan akomodasi dan disfungsi binokuler akibat dari hipermetropia. Respon
akomodasi habitual pasien dengan hipermetropia tidak akan memberi respon
terhadap koreksi dengan lensa, sehingga membutuhkan terapi penglihatan untuk
mengurangi gangguan akomodasi tersebut.
3. Terapi Medis.
3. Terapi Medis.
Agen
Antikolinesterase seperti diisophropylfluorophospate(DFP) dan echothiopate
iodide (Phospholine Iodide,PI) telah digunakan pada pasien dengan akomodasi
eksotropia dan hipermetropia untuk mengurangi rasio konvergensi akomodasi dan
akomodasi(AC/A).
3.
Merubah Kebiasaan Pasien.
Modifikasi yang
dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup dalam aktivitas, menjaga
kualitas kebersihan mata dan apabila pasien adalah pengguna komputer sebaiknya
menggunakan komputer dengan kondisi ergonomis.
5. Bedah Refraksi.
5. Bedah Refraksi.
Terapi pembedahan refraksi saat ini
sedang dalam perkembangan Terapi pembedahan yang mungkin dilakukan adalah
HOLIUM:YAG laser thermal keratoplasty, Automated Lamellar Keratoplasty, Spiral
Hexagonal Keratotomy, Excimer Laser dan ekstraksi lensa diganti dengan Intra
Oculer Lens. Akan tetapi pembedahan masih jarang digunakan sebagai terapi
terhadap hipermetropia.
L. PENCEGAHAN
1.
duduk dengan
posisi tegak ketika menulis.
2.
Istirahatkan mata setiap 30-60 menit
setelahmenonton TV, komputer atau setelah membaca.
3.
Aturlah jarak
baca yang tepat (> 30 cm).
4.
Gunakan
penerangan yang cukup
5. Jangan membaca
dengan posisi tidur.
0 komentar:
Posting Komentar